Beranda | Artikel
Syarah Nama Allah Al Fattaah(Bagian 1)
Selasa, 17 Januari 2012

Syarah Nama Allah “Al Fattaah”

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta, selawat dan salam buat Nabi terakhir yang membawa peringatan bagi seluruh umat manusia, semoga selawat dan salam juga terlimpahkan buat keuarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang tetap berpegang teguh dengan petunjuk Mereka sampai hari kiamat.

Allah memiliki nama-nama yang sangat mulia dan indah. Kemulian dan keindahan tersebut dari dua segi; dari segi lafatz dan dari segi maknanya. Makna dari nama-nama Allah tersebut menunjukkan akan sifat Allah yang Maha Sempurna.

Sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya,

وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ  :الأعراف: ١٨٠.

“Dan Allah memiliki nama-nama yang indah, maka berdoalah kepadanya dengan nama-nama-Nya tersebut. Dan jauhilah orang-orang yang menyimpang dalam (memahami) nama-nama-Nya. Mereka akan dibalasi terhadap apa yang mereka lakukan”.

Tentang nama-nama Allah ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagaimana yang terdapat pada ayat di atas:

Pertama: meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama yang sangat mulia lagi indah. Barangsiapa yang tidak meyakini tentang nama-nama Allah, maka orang tersebut tidak beriman kepada Allah secara utuh dan benar. Bila kita perhatikan begitu banyak ayat-ayat Al Qur’an yang ditutup dengan nama-nama Allah. Dimana makna dari nama Allah tersebut sangat erat hubungannya denga kontek ayat itu sendiri.

Kedua: nama-nama Allah tersebut menggandung makna yang sangat sempurna yang disebut sifat. Orang yang tidak meyakini tentang sifat yang terkandumg dalam nama-nama Allah berarti ia telah melakukan penyimpangan dalam beriman kepada Allah.

Ketiga: berdoa dan beribadah kepada Allah dengan nama-nama Allah tersebut. Untuk mencapai kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah adalah dengan memahami makna dari nama-mana Alllah tersebut. Bahkan ilmu ini adalah ilmu yang sangat agung untuk dipelajari. Sehingga dalam beribadah kepada Allah benar-benar kita seakan melihat Allah. Sekaligus menimbulkan nilai khusu’ dalam beribadah, karena saat beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Atau kita merasa sedang dilihat Allah.

Setelah memperhatikan hal yang tersebut di atas semakin jelaslah bagi kita betapa pentingnnya untuk menjelaskan dan mempelajari makna dari nama-nama Allah tersebut. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menganjurkan pula dalam sabdanya,

عن أبي هريرة رضي الله عنه  أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال (( إن لله تسعة وتسعين اسما مائة إلا واحدا من أحصاها دخل الجنة )). [متفق عليه].

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kecuali satu, barangsiapa yang menghafalnya akan masuk surga”. (HR. Buhkary dan Muslim).

Kata-kata menghafalnya dijelaskan oleh para ulama, memiliki beberapa tingkatan;

Pertama: menghafalnya dengan lisan.

Kedua: memahami makna yang terkandung dalam nama-mana Allah tersebut.

Ketiga: mengaplikasikan makna tersebut dalam doa dan ibadah kita. Atau dengan kata lain menghafalnya dalam bentuk amalan[1].

Hadits di atas tidak membatasi tetang jumlah keseluruhan nama-nama Allah, tetapi membatasi tentang jumlah untuk memperoleh janjian yang terdapay dalam hadits tersebut yaitu masuk surga.

Karena dijelaskan dalam hadist lain bahwa jumlah keseluruhan nama Allah tidak dapat diketahui sekalipun oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebagaimana yang terdapat dalam doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

((أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو علمته أحدا من خلقك أو أنزلته في كتابك أو استأثرت به في علم الغيب عندك)) رواه أحمد وغيره.

Aku bermohon dengan segala nama yang Engkau miliki, yang Engkau beri nama denganya diri-Mu, atau Engkau beritahu akannya salah seorang dari makhluk-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau simpan di sisi-Mu di alam ghaib”. (HR. Ahmad dll, hadits ini dishahihkan oleh Ibnul Qoyyim dan Syeikh Albany)[2].

Dalam hadits ini menyebutkan tiga bagian dari nama-nama Allah:

  • Bagian pertama: nama yang Allah beritahu sebahagian dari makhluk-Nya, baik dari kalangan malaikat atau lainnya, tetapi tidak diturunkan dalam kitab suci Allah.
  • Bagian kedua: nama yang Allah turunkan dalam kitab suci-Nya.
  • Bagian ketiga: nama yang Allah sembunyikan di sisi-Nya di alam ghaib.

Maka nama-nama Allah yang dapat kita ketahui hanyalah yang terdapat dalam kitab Al Qur’an dan hadits-hadits yang shahih. Menurut pendapat ulama yang telah melakukan penelitian dalam hal ini menyatakan bahwa nama-nama Allah yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadits-hadits shohih lebih jumlahnya dari sembilan puluh sembilan[3].

Lalu bagaimana memahami kedua hadits diatas? Kedua hadits tersebut tidak saling bertentangan. Karena hal tersebut bisa dipahami dalam contoh berikut. Jika seseorang mengatakan: saya memiliki sembilan puluh sembilan ribu untuk saya infaqkan. Tentu tidak akan dipahami bahwa ia tidak memiliki uang yang lain. Boleh jadi ia memiliki uang dua ratus ribu, tapi yang diimfaqkannya berjumlah sembilan puluh sembilan ribu rupiah. Dengan demikian kedua hadits tersebut sangat mudah untuk digabungkan pemahamannya. Yang penting hafal sembilan puluh sembilan nama Allah sebagai tebusan untuk mendapatkan surga. Nama-nama yang dihafal mungkin saja berbeda lafazhnya (konteknya) tetapi jumlahnya sama. Karena nama-nama Allah lebih dari sembilan puluh sembilan.

Pada kesempatan kali ini kita akan menjelaskan tentang nama Allah “Al Fattaah” (الفتاح) salah satu dari nama-nama Allah yang indah.

Secara etimologi (bahasa) makna kata (الفتّاح) dalam bahasa arab berarti:

Al Haakim” (yang memutuskan perkara dengan adil)[4]. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah,

رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لاَتُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ : الأعراف: ٨٩

“Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya”.

Kata-kata “Al Fath”  (الفتح) juga bisa berarti: kemenangan atau pertolongan. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

إِن تَسْتَفْتِحُوا فَقَدْ جَآءَكُمُ الْفَتْحُ : الأنفال: ١٩

“Jika kalian meminta kemenangan, maka telah datang kemenangan itu kepada kalian”.

Berkata Imam Ath Thabary:

وأصل”الفتح” في كلام العرب: النصر والقضاء، والحكم. يقال منه:”اللهم افتح بيني وبين فلان”، أي احكم بيني وبينه. (تفسير الطبري: 2/254).

“Asal kalimat “Al Fattaah” dalam bahasa Arab baerati: kemenangan (petolongan), keputusan dan hukum. Dikatakan orang: Ya Allah bukakanlah antara aku dan sipulan, artinya: berilah keputusan antara aku dan dia”[5].

Adapun makna “Al Fattaah” (الفتّاح) secara syar’i sebagaimana yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah beserta penjelasan para ulama, “Al Fattaah” (الفتّاح) adalah salah satu di antara nama-nama Allah yang mulia. Nama ini terdapat dalam Al Qur’an, dalam surat As Saba’ ayat 26 yang berbunyi:

وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ

” Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui.”

Para ulama menjelaskan bahwa nama Allah “Al Fattaah” memiliki makna yang sangat sempurna dari segala segi. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi keputusan dengan Adil dalam segala perkara yang terjadi antara sesama makhluk baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah tidak butuh kepada saksi-saksi dalam memberi keputusan hukum, karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang lahir (tampak) maupun yang tersembunyi. Karena itu nama “Al Fattaah” dalam ayat di atas digandeng dengan nama Allah “Al ‘Aliim” (Yang Maha Mengetahui).

Berkata Imam Ath Thabary dalam menjelaskan maksud ayat di atas: “Katakanlah kepada mereka: Tuhan kita akan mengumpulkan kita pada hari kiamat di hadapan-Nya. Kemudian Allah akan memberi keputusan anatara kita dengan adil. Sehingga akan jelas ketika itu siapa yang mendapat petunjuk diantara kita dan siapa yang sesat. Dia Maha Peberi keputusan dan Maha Mengetahui. Hakim Yang Maha Tahu dengan keputusan diantara makhluk-Nya. Yang tidak tersembunyi bagi-Nya sekecil apa pun. Dan tidak butuh kepada saksi-saksi untuk memberi tahu siapa yang benar dan siapa yang salah”[6].

  • Allah-lah yang memberi keputusan antara Ahlul haq dan Ahlul batil, antara para rasul dan musuh-musuh mereka, antara orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir, baik di dunia maupun diakhirat kelak.

Diantara keputusan Allah terhadap antara Ahlul haq dan Ahlul batil, antara para rasul dan musuh-musuh mereka, antara orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir waktu di dunia adalah membela dan menolong para Ahlul hak, para rasul dan orang-orang beriman dalam menghadapi tantangan dan perlawanan dari musuh-musuh mereka. Sebagaimana Allah mengisahkan tentang kemenangan yang dibukakan Allah untuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam  dan orang-orang beriman pada waktu perang badar[7]:

إِن تَسْتَفْتِحُوا فَقَدْ جَآءَكُمُ الْفَتْحُ : الأنفال: ١٩

“Jika kalian meminta kemenangan, maka telah datang kemenangan kepada kalian”.

  • Diantara makna “Al Fattaah” Allah menolong orang-orang beriman dalam berjuang membuka (menaklukkan) negeri-negrei kafir. Seperti dibukanya negeri Khaibar melalui Khalifa Rosyid Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu.

Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عن سهل بن سعد رضي الله عنه أنه سمع النبي صلى الله عليه و سلم يقول يوم خيبر ((لأعطين الراية رجلا يفتح الله على يديه)) . [متفق عليه].

Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’at radhiallahu ‘anhu dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada waktu perang Khaibar: saya akan berikan bendera perang kepada seseorang yang Allah akan membuka kemenangan melalui tangannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian pula Allah memberikan janjian kepada orang-orang yang beriman tentang penaklukan kota Makkah dalam beberapa firman-Nya:

}* لَّقَدْ رَضِىَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَافِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَة عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا :ﭼ الفتح: ١٨

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”.

Disebutkan lagi dalam firman Allah yang lain:

} لَّقَدْ صَدَقَ اللهُ رَسُولَهُ الرَّءْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِن شَآءَ اللهُ ءَامِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لاَتَخَافُونَ فَعَلِمَ مَالَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِن دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا:  الفتح: ٢٧

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.

Kemudian Allah buktikan janjian kemenangan yang tersebut dalam ayat diatas dengan dibukanya kota Makkah, sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا :الفتح: ١

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.

Ayat ini menurut pendapat sebahagian ulama tafsir mengisahkan tentang penaklukan kota Makkah[8], setelah sebelumnya kaum kafir Quraisy mengusir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman dari kota Makkah.

Karena itu para Nabi dan Rasul berdoa agar Allah menolong mereka dan memberi keputusan terhadap kaum mereka yang menentang mereka. Sebagaimana doa nabi Syu’aib ‘alaihissallam:

وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لاَتُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ :الأعراف: ٨٩

Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya”.

Begitu pula doa nabi Nuh ‘alaihissallam:

قَالُوا لَئِن لَّمْ تَنتَهِ يَانُوحُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمَرْجُومِينَ {116} قَالَ رَبِّ إِنَّ قَوْمِي كَذَّبُونِ  :الشعراء: ١١٦ – ١١٨

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang mukmin yang bersamaku”.

Keputusan yang diberikan Allah tehadap kaum nabi Nuh ‘alaihissallam adalah dengan dibukanya pintu azab untuk mereka dari langit sebagaimana yang terdapat dalam kalam Allah:

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانشَقَّ الْقَمَرُ :القمر: ١

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah”.

Demikian keputusan Allah bagi setiap kaum yang menentang kebenaran dan melupakan peringatan Allah, Allah membukakan untuk mereka pintu Azab yang sangat pedih seketika itu mereka berputus asa. Sebagaimana Allah nyatakan dalam kalam-Nya:

حَتَّى إِذَا فَتَحْنَا عَلَيْهِم بَابًا ذَا عَذَابٍ شَدِيدٍ إِذَا هُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ:  المؤمنون: ٧٧

“Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu tempat azab yang amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa”.

} فَلَمَّا نَسُوا مَاذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَآأُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ : الأنعام: ٤٤

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.

=Bersambung insya Allah=

Artikel www.Dzikra.com


[1]  lihat: “Faidah al Jaliilah fi qawa’id al husnaa” min “Badai’ Al fawaid” tahqiq syeikh Abd Rozaq al badr.
[2]  lihat: “Syifaa’ul ‘aliil” hal 274 & “Silsilah Ash shohihah” 1/336.
[3]  lihat: “Al fatawa al Kubra”: 1/217, “Majmu’ al Fatwa”: 22/482, “Mausuu’ah asma wassifat”: 1/18-25.
[4]  lihat: “An Nihaayah Fi Ghariibil Hadits: 3/406, “Lisanul ‘Arab”: 2/539.
[5]  lihat: “Tafsir Ath Thobary: 2/254.
[6]  lihat: “Tafsir Ath Thobary: 22/95.
[7]  lihat: “Tafsir Al Qurtuby: 7/386 & “Tafsir Ibnu Katsir”: 2/297.
[8]  Lihat “Tafsir Al Qurtuby: 7/387.


Artikel asli: https://dzikra.com/syarah-sifat-allah-al-fattaah/